Eyang Kakung saya berasal dari Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa Tengah.
Dalam masa pendudukan Jepang, Beliau mengikuti pelatihan militer yang diadakan oleh Tentara Jepang. Pada saat pendudukan Jepang kondisi pangan dan sandang sangat terbatas. Setelah Republik Indonesia merdeka pada tahun 1945, Beliau aktif bergabung dalam Tentara Republik Indonesia.
Dalam masa perang mempertahankan kemerdekaan ditandai dengan masuknya kembali Tentara Belanda yang membonceng Tentara Sekutu, Eyang Kakung saya pada saat itu ikut perang gerilya yang di pimping oleh Jenderal Sudirman.
Setelah Kerajaan Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia, di beberapa wilayah di Pulau Jawa timbul pemberontakan. Para pemberontak ini berusaha untuk mendirikan negara sendiri. DI-TII yang ingin mendirikan negara Islam di wilayah Jawa Barat dan Pemberontakan PKI di Madiun Jawa Timur sekitar tahun 1947. Eyang Kakung ikut memadamkan pemberontakan tersebut.
Ketika terjadi Gerakan 30 September 1965 PKI, Eyang Kakung saya sudah tinggal di Pekalongan tepatnya di Jalan Pangeran Diponegoro No.16 Kelurahan Dukuh.
Sesudah peristiwa tersebut Presiden Soekarno memberi perintah kepada Jendral Soeharto untuk mengembalikan situasi dan kondisi politik yang sedang kacau / chaos. Dari itu maka seluruh tentara di Wilayah Republik Indonesia untuk mencari dan menahan para simpatisan dan anggota PKI.
Tidak terkecuali di Wilayah Pekalongan, TNI menciduk simpatisan dan anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) mereka dibawa kemudian dipenjarakan dalam sel penjara yang terletak di Jalan WR Supratman Kelurahan Panjang.
Menurut Eyang Kakung, simpatisan dan anggota PKI yang mati di kubur menjadi satu di wilayah sekitar pantai Pekalongan.
Pada tahun 1950 an Eyang Kakung saya ditransfer menjadi polisi di Markas Polisi Wilayah (POLWIL) yang terletak di Jalan Pangeran Diponegoro Pekalongan. Sepengetahuan yang saya tahu Eyang Kakung ketika di POLWIL bertugas di seksi dokumentasi. Kesimpulan Beliau bertugas di seksi dokumentasi karena banyak sekali ditemukan album foto yang berisi tentang foto kegiatan kepolisian dan kunjungan Presiden Soekarno, Wakil Presiden Moh.Hatta, dan beberapa kepala negara dari luar negeri yang mengunjungi Pekalongan.
Eyang Kakung saya meninggal pada tanggal 24 Oktober 1996, ketika itu sebenarnya Beliau mendapat hak dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Pekalongan, namun pihak keluarga yaitu anak-anaknya mengkebumikan Beliau di Makam Kerkof Panjang Pekalongan.
Saya banyak sekali mendapat pelajaran hidup dan belajar Bahasa Jawa Inggil dari Beliau.
Semoga arwah Eyang Kakung Joedo Soermarno di terima disisi Tuhan Yang Maha Esa.